Namaku Fanda Amnesiana. Aku anak
tunggal, lahir di Surabaya (arek Suroboyo asli, rek!), saat ini tinggal bareng
ortu. Aku lulusan D3 Sekretaris, dan selama ini kerja di kantor gak jauh-jauh
dari pendidikanku. Dari kecil sudah akrab dengan buku (papa dulu buka persewaan
buku), dan mama sering membacakan buku ketika aku belum bisa membaca. Dan
begitu bisa membaca, ortu selalu menyediakan buku buatku. Jadi hobby utamaku
membaca buku dari masa sekolah, waktu itu sempat hobby menari juga (tari Kreasi
Baru), tapi sejak lulus kuliah aku tinggalkan hobby yang terakhir itu.
Setiap hari, di antara kesibukan, aku harus membaca buku setidaknya 10-an halaman. Aku selalu membawa buku kemana-mana, kecuali kalau hanya sebentar, dan aku jadi jarang memperhatikan jalanan, karena begitu duduk di kendaraan, langsung buka buku. Mungkin karena itu (atau bisa juga karena turunan dari papa), aku sejak kelas III SD sudah harus berkacamata.
Paling suka warna merah, punya alergi ayam & telur, sehingga dietnya jadi terbatas. Ditambah lagi aku ada gangguan amandel, sehingga harus menjauhi semua makanan yang terlalu dingin, terlalu manis, gorengan dan pedas. Dari kecil sudah gandrung pake batik, dulu bahkan pernah kembaran sama mama. Itu saja rasanya sedikit perkenalan dariku. :)
Perkenalan singkat Mbak Fanda ini cukup membuat yang belum kenal jadi bisa tahu sedikit tentang beliau kan ya? Di bawah ini adalah tulisan mbak Fanda khususon untuk Lentera Dunia, ini juga permintaan saya ke Mbak Fanda lho. Karena Mbak Fanda suka dengan Fiksi Sejarah, maka saya meminta untuk menuliskan tentang Fiksi Sejarah versi Mbak Fanda. Yuk, cap cus...
-----000-----
Kegemaranku Akan Fiksi Sejarah (Historical Fiction)
Mengintip kehidupan di masa lalu yang tak pernah kita alami sungguh sangat mengasyikkan, bukan? Tak pernahkah kau penasaran, seperti apa suasana sehari-hari pada abad 19, misalnya? Bagaimana mereka menikmati hiburan kalau teknologi belum semodern jaman kita? Apa yang dirasakan orang-orang biasa seperti kita pada jaman itu? Apakah hidup lebih berat, atau malah lebih nyaman? Misteri-misteri itulah salah satu sebab aku menyukai novel fiksi sejarah atau historical fiction. Tapi tunggu dulu! Seperti apa sih yang disebut fiksi sejarah? Apakah semua novel yang mengambil setting di masa lalu sudah dapat dikategorikan sebagai fiksi sejarah?
Mengintip kehidupan di masa lalu yang tak pernah kita alami sungguh sangat mengasyikkan, bukan? Tak pernahkah kau penasaran, seperti apa suasana sehari-hari pada abad 19, misalnya? Bagaimana mereka menikmati hiburan kalau teknologi belum semodern jaman kita? Apa yang dirasakan orang-orang biasa seperti kita pada jaman itu? Apakah hidup lebih berat, atau malah lebih nyaman? Misteri-misteri itulah salah satu sebab aku menyukai novel fiksi sejarah atau historical fiction. Tapi tunggu dulu! Seperti apa sih yang disebut fiksi sejarah? Apakah semua novel yang mengambil setting di masa lalu sudah dapat dikategorikan sebagai fiksi sejarah?
Menurut Wikipedia, “Historical fiction is a literary genre that takes place in the past. The setting is drawn from history, and often contains historical persons. Writers of stories in this genre work to portray the manners and social conditions of the persons or time(s) presented in the story, with attention paid to period detail.” Jadi, selain settingnya pada masa lalu, fiksi sejarah harus memiliki aspek lainnya—dan yang terpenting—yaitu ada unsur sejarah di dalamnya, entah peristiwa sejarah, dan/atau pelaku sejarah.
Ciri-ciri khas fiksi sejarah antara lain:
Setting
Benar-benar terjadi pada suatu waktu dan tempat di masa yang lampau (dari waktu penulis menuliskannya)
Tokoh
Bisa tokoh fiktif, atau sebagian tokoh
nyata dan sebagian lagi fiktif, namun mereka berperilaku secara realistis pada
saat sejarah berlangsung.
Konflik
Tokoh utama terlibat dalam konflik atau
masalah yang benar-benar terjadi pada masa yang dikisahkan.
[sumber]
Yang sering membuat para pembaca buku rancu, adalah aspek setting. Kita harus memperhitungkan
waktu saat penulis hidup dan menuliskan sebuah novel. Bila penulis menulis
tentang kejadian di masa yang lebih lampau daripada waktu ia menulis, maka
novel itu secara setting bisa saja
merupakan fiksi sejarah (secara setting
saja, tapi belum tentu benar-benar dapat dikategorikan fiksi sejarah kalau
aspek lainnya tak terpenuhi). Tapi, bila penulis menuliskan tentang sesuatu pada
masa kini-nya sendiri, maka jelas novel itu bukan fiksi sejarah, melainkan novel
kontemporer.
Sebagai contoh, novel The
Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald
mengambil setting Amerika pada awal abad 20, di era Jazz Age setelah Perang
Dunia I. Secara setting, harusnya bisa
masuk fiksi sejarah, tetapi Fitzgerald menulis novel ini pada tahun 1925, dan
itu berarti Fitzgerald menulis apa yang saat itu ia alami. Ini berarti The Great Gatsby adalah novel
kontemporer, bukan fiksi sejarah, karena meski tentang masa lampau, tapi
ditulis pada masa kini-nya penulis.
Lain dengan novel The Dante Club karya Matthew Pearl
yang bertutur tentang pembunuhan berantai pada era American Civil War tahun
1864 yang melibatkan para sastrawan Henry
Wadsworth Longfellow, dkk yang sedang menerjemahkan The Divine Comedy-nya Dante. Proses penerjemahan itu
sungguh-sungguh terjadi dan Matthew Pearl menuliskannya pada abad 21 (terbit
thn. 2003). Maka buku ini lolos ke kategori fiksi sejarah.
Yang harus diwaspadai juga adalah novel-novel historical romance
yang sekarang sedang nge-tren. Tidak semua historical romance bisa masuk ke
kategori fiksi sejarah. Karena, selain setting,
kita juga harus memperhitungkan konflik. Ada banyak hisrom (sebutan historical
romance) yang pernah aku temui, yang hanya ‘meminjam’ setting masa lalu, namun tidak mengisahkan konflik yang ada dalam
sejarah. Jadi sekali lagi, 3 aspek di atas harus ada seluruhnya dalam sebuah
novel, untuk dapat disebut fiksi sejarah.
Mengapa aku gemar membaca fiksi sejarah? Karena pada dasarnya aku punya
sedikit minat pada sejarah. Hanya saja, aku tak suka membaca deretan
fakta-fakta seperti yang diajarkan di sekolah dulu—maklum, daya ingatku rada
parah…. :). Alih-alih membaca buku sejarah yang lebih banyak bermuatan fakta
dan teori, aku ingin lebih merasakan denyut kehidupan sesungguhnya orang-orang
pada masa itu, dan suasana yang melingkupi suatu peristiwa atau aspek sejarah.
Karena itu, fiksi sejarah akhirnya menjadi pilihanku.
Namun demikian, aku agak pilih-pilih mengenai fiksi sejarah yang aku
baca. Aku lebih suka memilih fiksi sejarah yang setting, tokoh, maupun konfliknya benar-benar mengandung unsur
sejarah. Karena dengan begitu, sebenarnya aku sedang belajar sejarah juga,
hanya lewat sebuah novel. Dan aku paling suka penulis yang benar-benar taat
pada jalannya sejarah—setting dan
tokoh-tokoh utama serta konfliknya ada dalam sejarah—dan sisi fiktifnya
hanyalah untuk mengisi bagian-bagian antar fakta-fakta dengan dialog yang
mungkin terjadi, untuk memudahkan kita mendalami konflik sejarahnya. Apalagi
kalau tokoh dan konfliknya benar-benar penting dalam sejarah peradaban
masyarakat kita, nasional maupun dunia. Jadi, misalnya, apa yang dialami
seorang penjual makanan pada saat Perang Dunia I kurang menarik bagiku,
ketimbang seorang sekretaris Raja Wilhelm II mengisahkan memanasnya kondisi
politik Eropa menjelang pecahnya perang. Sama-sama tentang perang, tapi si
sekretaris terlibat langsung di pusaran konflik, sementara penjual makanan
hanyalah ‘korban’ yang turut terseret. Beda kan sensasinya?....
Beberapa fiksi sejarah favoritku:
Lust for Life karya Irving Stone (tentang pelukis Van Gogh)
Imperium dan Conspirata karya Robert Harris (tentang Cicero dan Romawi pada jamannya)
Pontius Pilatus karya Paul L. Meier (tentang peranannya dalam penyaliban Yesus)
Pillars of the Earth karya Ken Follett (tentang pembangunan Gereja jaman Gothic)
Girl with A Pearl Earring karya Tracy Chevalier (tentang pelukis Jan Vermeer)
Désirée karya Annemarie Selinko (tentang Napoleon Bonaparte)
Beberapa pertanyaan yang saya ajukan untuk Mbak Fanda :
Itulah
yang ingin aku sharing-kan tentang fiksi sejarah, semoga bermanfaat!
Terima kasih pada Esti yang telah memberiku kesempatan berbagi di sini.
Juga tentu saja pada Divisi Event BBI (Blogger Buku Indonesia) yang
sudah mengadakan Event Guest Post untuk memperingati HUT BBI yang ke 3.
Dirgahayu BBI, dan semoga fiksi sejarah di Indonesia sendiri makin
menggiat di tahun-tahun mendatang.
-----000-----
Beberapa pertanyaan yang saya ajukan untuk Mbak Fanda :
1. Apa latar belakang pendidikan
Mbak Fanda? Apakah latar belakang pendidikan tersebut mempengaruhi kesukaan mbak Fanda
terhadap bacaan fiksi sejarah?
2. Fiksi sejarah dari negara mana
yang paling disukai dan apa alasannya?
3. Bagaimana menurut mbak Fanda ttg
perkembangan fiksi sejarah dari Indonesia?
4. Apakah mbak Fanda punya buku fiksi sejarah favorit tentang Indonesia?
5. Kira2 seberapa banyak timbunan buku mbak? Apakah semua dari genre yg sama?
Ini nih jawabannya :
4. Apakah mbak Fanda punya buku fiksi sejarah favorit tentang Indonesia?
5. Kira2 seberapa banyak timbunan buku mbak? Apakah semua dari genre yg sama?
Ini nih jawabannya :
1. D3 Sekretaris. Gak ada kaitannya sama sekali
deh...
2. Paling suka Romawi, entah kenapa
dari dulu suka aja dengan budaya mereka. Mungkin juga karena mereka kerajaan
terbesar yang pernah ada di muka bumi ya, kagum dengan sistem Republik-nya, dan
kekayaan budaya dan literatur mereka.
3. Selama ini aku lebih banyak baca
fiksi sejarah negara2 lain sih, kan pengen tahu buadaya negara2 lain itu jg.
Kalau Indonesia mungkin karena udah belajar sejarah, jadi serasa sudah agak
familier (padahal aslinya ya lupa, hahaha). Menurutku sekarang mulai banyak
penulis yg berani mendalami fiksi sejarah. Tapi sayangnya kebanyakan hanya
setting-nya aja yang meminjam sejarah, kisahnya dibuat fiksi, jadi buat aku
kurang 'terasa' sejarahnya. Kalaupun mengambil tokoh beneran (misal Soekarno)
kebanyakan lbh ke model biografi.
4. Favoritku Gadis Kretek karya
Ratih Kumala. Aku agak tertarik dengan perjalanan bisnis rokok kretek, mungkin
itu sebabnya. Terus Ratih menulisnya dengan komposisi antara sejarah &
fiksi-nya pas, sehingga enak dibaca.
Terus terang aku belum banyak baca
fiksi sejarah Indonesia, karena masih jarang yang penulisannya sesuai seleraku.
Moga2 ke depannya makin banyak penulis fiksi sejarah yang bagus di Indonesia
yah...
5. Jumlah timbunan belum sempat ngitung. Ini masih beberes lemari soalnya...Genre kebnykan klasik & hisfic. Tapi ada jg mystery/thriller, petualangan, fantasi (yg ini cuma Harry Potter aja). Ada biografi & sejarah jg
5. Jumlah timbunan belum sempat ngitung. Ini masih beberes lemari soalnya...Genre kebnykan klasik & hisfic. Tapi ada jg mystery/thriller, petualangan, fantasi (yg ini cuma Harry Potter aja). Ada biografi & sejarah jg
---000---
Demikian sekelumit tentang mbak Fanda dan kegemarannya akan bacaan fiksi sejarah, kalau ingin tahu hasil wawancara silakan berkunjung ke blg mbak Amaya di http://pecandudongeng.blogspot.com/ ^_^
Wah rak nya mbak Fanda bagus :) #salah fokus. Salam kenal mbak Fanda. Selama ini jadi silent reader blog klasik fanda :)
BalasHapusLah itu bukan rakkuuu, hahaha.... Itu numpang foto di museumnya Sampoerna (House of Sampoerna) :P
HapusMbak Fanda jadi salah satu acuanku kalau memilih buku hisfic (dan klasik), soalnya selera kita mirip2 XD dan thanks banget infonya yang sangat berguna tentang genre hisfic ini, karena selama ini masih suka terjadi kerancuan menganggap sebuah buku masuk ke genre hisfic atau tidak :)
BalasHapusAku merasa tiap baca reviewnya mba fanda sudah kayak baca utuh bukunya. Detil dan analisanya tajam setajam silet. Hahaha.. jujur aku mupeng baca review Conspirata tapi mau mulai bacanya kok serem sendiri ya sama ketebalan bukunya..
BalasHapusKy, baca Imperium dulu, itu no. 1-nya. Kalo Robert Harris sih mengalir banget kok tulisannya.
HapusAku suka historical fiction, tapi enggak bisa review selengkap dan sejelas Kak Fanda. Seringnya pengen baca yang ringan aja, cari gampang sih emang :P
BalasHapusIni penjelasannya ngebantu aku banget yg suka bingung sama kategori HisFic. Membaca sejarah yg dituangkan lewat sebuah movel memang mudah dicerna ya..
BalasHapusSebenarnya Historical Romance jalur yang beda jauh dengan Historical Fiction, mungkin penggunaan hukum DM / MD bahasa Inggris & Indonesia bisa bikin rancu.
BalasHapusBaca list di atas jadi ingat Pontius Pilatus masih ada di tempatku #duh, kudu cepat dibaca nih, masak pinjam berbulan-bulan.
Naah....hahaha...kirain kamu mau kirim bareng DVD, eh ternyata gak ya. Segera baca mumpung pas timingnya, Paskah!
HapusNasib Mbak Fanda sama nih kayak aku, kelas 3 SD udah pake kacamata :)
BalasHapusAku bukan fans berat historical sih Mbak, agak gentar juga bacanya, tapi berkat artikel Mbak Fanda jadi ngerti dikit mengenai HisFic
Toss deh! ;)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHehee.. aku nggak semaiak sama mbak Fanda kalau soal Hisrom. Btw, setuju sama Nina juga, baca punya mbak fanda bisa tau dikit tentang hisrom kayak apa ;D
BalasHapusSalam kenal, Mbak Fanda. Selam ini cuma suka ngintip blognya diam-diam ^_^ Wah, beru tercerahkan tentang HisFic. Ternyata ....
BalasHapushayoo...rupanya ada stalker di blogku nih :P
HapusNah, ini dia yg ngeracunin aku baca hisfic :D
BalasHapus