Tampilkan postingan dengan label Novel Populer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Novel Populer. Tampilkan semua postingan

Bookpict Novel-Novel Riawani Elyta

Selasa, 11 Maret 2014
Quiz bookpict ini membuat saya berpikir keras sekali. Bagaimana tidak, saya sangat lemah kalau sudah berkaitan dengan fotografi. Saya sendiri merasa tidak punya sense of photography yang cukup untuk merasa percaya diri memamerkan foto-foto di blog. Dan hanya kenekatan saja yang melatarbelakangi saya untuk 'tampak' PeDe memajang bookpict di bawah ini.

Mbak Riawani Elyta adalah seorang penulis yang produktif menghasilkan karya, di tahun 2013 saja mampu menghasilkan beberapa novel yang ciamik. Dan ini beberapa karyanya yang bisa saya jepret dengan kualitas ala kadarnya ^_^

The Feast of Roses : A Novel

Sabtu, 05 Oktober 2013

Judul               : The Feast of Roses
Penulis            : Indu Sundaresan
Tahun Terbit   : May 2004
Tebal              : 416 halaman
ISBN             : 0743456416
Penerbit          : Washington Square Press

The Feast of Roses adalah buku kedua dari trilogi Taj Mahal karya Indu Sundaresan. Jika dalam novel pertama menceritakan tentang Mehrunnisa, sejak awal kelahiran hingga dewasa. Pergulatan takdirnya yang luar biasa hingga bisa menjadi istri ke-20 Sultan Jahangir. Novel kedua ini  menceritakan lika-liku kehidupan Mehrunnisa, yang sudah mendapat gelar Nur Jahan (Cahaya Dunia), dalam menggapai ambisinya untuk mendapatkan harta dan kasih sayang sang sultan.

Mehrunnisa memang luar biasa, dia menjadi istri ke-20 dan juga sebagai istri terakhir yang dinikahi Sultan Jahangir. Menjadi istri di sini diartikan sebagai menikah secara resmi ya, kalau selir sultan sih banyak sekali. Konon, Mehrunnisa juga satu-satunya istri yang dinikahi karena cinta bukan karena kepentingan politik semata. Dan yang lebih menghebohkan, Mehrunnisa dinikahi ketika sudah menjadi janda anak satu dan berusia 34 tahun. Sungguh ketidaklaziman untuk saat itu.

Masuknya Mehrunnisa ke harem kesultanan tentu saja mendapat banyak tentangan, tentangan terbesar berasal dari Ratu Jagat Gosini. Sejak mereka masih remaja, mereka memang sudah tidak suka satu dengan yang lain. Bisa terbayang kan bagaimana sengitnya perebutan kekuasaan antara mereka. Mehrunnisa pun harus menghadapi tentangan dari perdana menteri yang dikarenakan kasih sayang yang luar biasa dari sultan untuknya. 

Membaca The Feast of Roses ini membuat saya merinding. Bagaimana tidak, Mehrunnisa tidak hanya cantik, akan tetapi juga cerdas luar biasa. Dia tidak perlu mengiba untuk mendapat cinta sang sultan, justru suktan yang membutuhkan kehadirannya. Sultan membutuhkan Mehrunnisa bukan hanya sebagai wanita, tetapi juga teman berdiskusi untuk segala hal. Karena itu timbullah rumor yang tidak-tidak karena perhatian sultan tersebut. Penjabaran kisah kasih diantara sultan dan Mehrunnisa juga luar biasa. Duh, ngiri deh jadinya haha. Ibaratnya semua ada digengaman Mehrunnisa.

Selain menceritakan tentang kekuasaan Mehrunnisa yang bisa memerintah kesultanan di balik cadar, dalam buku ini juga diceritakan tentang kejatuhan Mehrunnisa setelah Sultan Jahangir meninggal. Sebenarnya Mehrunnisa sudah berusaha sudah berusaha untuk bisa mempertahankan kekuasaannya dengan cara menikahkan putrinya Ladli dengan Pangeran Khurram, raja berikutnya. Tapi apa mau dikata, rencananya tidak berjalan dengan baik.

The Feast of Roses adalah salah satu novel berlatar sejarah yang paling bagus yang pernah saya baca. Sepengetahuan saya, Indu Sundaresan, si penulis mempelajari sejarah India selama bertahun-tahun untuk bisa menulis Trilogi Taj Mahal ini. Dan memang ya hasilnya pun bagus banget. Dari mulai latar cerita, deskripsi kejadian bahkan emosi tokoh pun terasa sangat hidup. Karena saya sangat suka buku ini, jadi maaf, menurut saya gak ada kekurangannya haha.

Rainbow, Warna-Warni Kehidupan Rumah Tangga

Minggu, 29 September 2013

Judul Buku       : Rainbow
Penulis             : Eni Martini
Penyunting       : Rininta
Halaman          : 201 halaman
ISBN                : 9786020216096
Penerbit           : Elex Media Komputindo
Harga              : Rp 37.800,-

Apa yang dibayangkan sepasang suami istri yang baru menikah? Tentu saja rumah tangga yang penuh bunga bak di surga. Banyak impian, harapan, dan cita-cita yang ingin diwujudkan bersama. Itu pula yang terjadi dengan pasangan Akna dan Keisha. Mereka baru menikah selama satu tahun. Ibarat manusia, usia setahun itu masih lucu-lucunya, menggemaskan dan masih perlu belajar banyak tentang kehidupan.

Pernikahan pasangan muda ini sedang indah-indahnya. Akna, digambarkan sebagai lelaki dengan fisik yang sempurna, mapan dalam pekerjaan, dan sangat melindungi istrinya. Sedangkan Keisha, sosok istri yang cantik dan setia, ia memiliki toko yang dikelola bersama sahabatnya. Toko itu hanya untuk aktivitas saja, karena Akna yang akan memenuhi semua keperluan rumah tangga mereka. Wow, rumah tangga yang nyaris sempurna bukan? 

But life is never flat, kata iklan di televisi, memang benar adanya. Di malam perayaan ulang tahun mereka yang pertama, musibah itu datang. Akna mengalami kecelakaan yang mengakibatkan salah satu dari kakinya harus diamputasi. Cobaan itu tak berhenti hanya disitu. Akna yang dulu begitu mengayomi Keisha, menjadi sosok yang asing dan menakutkan. Tidak hanya bagi Keisha, tetapi juga bagi orang-orang yang menyayanginya.

Hidup mereka tidak lagi sama, tidak lagi seindah dulu. Mereka memang masih hidup bersama, tetapi seperti tidak pernah lagi menyimpan rasa. Akna yang begitu putus asa dengan semua pikiran buruknya, Keisha yang lelah terus-menerus menerima perlakuan buruk Akna. Bahkan ketika Keisha mulai bangkit dan mencoba mengepakkan sayapnya, mencoba mempertahankan perekonomian keluarga, Akna malah melakukan hal paling mengerikan yang bisa dibayangkan oleh seorang wanita.

Baca buku sambil nunggu makanan datang :)
Dalam Rainbow, Mbak Eni meracik persoalan rumah tangga yang tak biasa. Kecelakaan yang terjadi memporak-porandakan semua impian. Permasalahan demi permasalahan dengan apik ditampilkan silih berganti. Emosi Akna dan Keisha bisa tergambarkan dengan apik. Tidak hanya emosi yang tersirat tapi juga kepedihan di dalam hati yang tak terkatakan. Penggambaran deskripsi latar, baik kondisi rumah, toko, dan suasana terbangun dengan matang. Pembaca seolah-olah bisa membayangkan ikut menjadi salah satu tokoh di sana.

Jujur, saya ikut menahan nafas merasakan emosi Keisha yang mengalami perlakuan buruk dari suaminya dan saya pun tidak bisa menahan air mata ketika sampai di akhir cerita. Ah, apa yang dihadapi Keisha sangatlah berat bagi wanita mana pun.

Hadirnya tokoh Romi dan Emi, dua sahabat pasangan Akna dan Keisha, sungguh sangat menghidupkan cerita. Romi yang selalu menjadi bahan ejekan Akna, justru menjadi penolong di saat paling kritis dalam kehidupan Akna. Dan Emi, bahkan rela memundurkan hari pernikahannya untuk mewujudkan impian Keisha dalam berbisnis. Belum lagi tambahan tokoh orang tua kedua belah pihak dan tokoh Yanti, pembantu mereka. Hadirnya banyak tokoh tidak membuat pembaca bingung, tetapi justru membuat cerita mengalir dengan baik. Sangat masuk akal, sangat logis.

Rainbow, diantara capcay kuah dan udang goreng :P
Rainbow, memang sebuah novel fiksi, tetapi apa yang terkandung dalam cerita ini memang nyata di kehidupan rumah tangga. Walau pun tidak (dan mudah-mudahan tidak akan pernah) mengalami hal yang sama dengan pasangan ini, tetapi dalam rumah tangga kita tidak hanya mengalami surga dunia. Ada cekcok kecil disana, permasalahan keluarga besar, anak-anak hingga masalah keuangan.

Ketika awal menikah, memang hanya yang indah-indah yang ada dibayangan. Tetapi, tidak perlu butuh waktu terlalu lama, masalah akan datang silih berganti. Dan apakah dengan adanya masalah itu membuat mahligai yang sudah terbangun harus hancur? Pilihan ada di tangan masing-masing pelaku rumah tangga.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Resensi Novel Rainbow

Labirin Rasa

Kamis, 26 September 2013

Judul         : Labirin Rasa
Penulis      : Eka Situmorang-Sir
Penerbit    : Wahyumedia
Halaman   : 394 halaman
ISBN         : 9797957535

Harga        :  52.000

Beri ruang untuk hati temukan cintanya

Kayla, sebuah nama yang berarti mahkota, nama yang cantik untuk seorang gadis yang ‘jauh’ dari penggambaran kata cantik. Kayla, dengan muka jerawatan, baju yang tak rapi, dan rambut bau prengus. Belum lagi hobinya yang suka membawa tas kresek kemana-mana dan hobi berpetualangnya yang gila. Dan semua itu bertambah sempurna dengan nilai-nilanya yang jelek dan cara bertutur yang ceplas-ceplos. Aaah…kok gak ada bagus-bagusnya sih si Kayla ini. Memiliki dua sahabat yang benar-benar mengerti dan bisa menerimanya adalah sebuah anugerah untuk seorang Kayla.

Hingga suatu ketika dia bertemu Ruben di atas kereta menuju Jogja dan beranggapan bahwa Ruben adalah si Pangeran Fajarnya, yang akan melindungi dan mendampinginya. Dan petualangan dalam sebuah Labirin Rasa pun dimulai.

Jatuh bangun Kayla dalam mengejar Ruben patut diacungi jempol. Walau pun ia sadar sesadar-sadarnya bahwa dia si itik buruk rupa yang menginginkan Pangeran Tampan, akan tetapi tetap dong ya dia gak kenal namanya menyerah. Baru kenal saja, Kayla sudah berinisiatif untuk pindah kuliah ke Jogja, demi  si Ruben ini. Dan setelah Ruben telah mengecewakannya pun, Kayla masih tetap cinta setengah hidup dengan si Ruben. Bahkan dia mengejarnya hingga ke Medan.

Membaca dan menyelami sepak terjang Kayla, yang terbersit dalam benak saya adalah whooa…the real Batak nih hehe. Karena kebetulan saya punya beberapa teman dari Batak dan sifat mereka walau pun tidak seekstrim Kayla, tapi sebelas dua belas lah sama Kayla. Pantang menyerah, ceplas-ceplos, dan easy going. Kalau toh si Kayla ini ada yang menganggap absurd, hanya ada di novel, well tapi di kehidupan nyata cinta dapat mengubah segalanya kan? Kegilaannya pada Ruben menurut saya itulah bentuk cintanya. Toh, dalam kehidupan nyata banyak orang yang melakukan hal-hal yang lebih gila dari Kayla.

Jika kemudian setelah memakan waktu cukup lama baru Kayla menyadari bahwa si Pangeran Fajarnya bkanlah Ruben, belum terlambat untuk emnggapai kebahagiaan hakiki dalam biduk sebuah rumah tangga dengan Patar, paribannya.

Dalam novel Labirin Rasa memang tidak ada konflik yang terbangun dengan angkuh, novel ini hanya menceritakan Kayla yang tomboy dan dengan segala kekurangannya berhasil memikat hati Ruben (walau sebentar), Dani, Patar, dan si Bule David. Bayangkan,jelekaja dia bias memikat begitu banyak pria, apalagi ketika dia menjelma menjadi angsa cantik.

Konflik hanya ada pada diri Kayla, pada perasaannya ke Ruben. Walau pun demikian kita justru seakan-akan dihadapkan pada cerita kehidupan yang sesungguhnya. Bukankah konflik terbesar dalam hidup memang hanya seputar pada hati kita sendiri?

Yang menjadi nilai plus dari novel ini adalah penjabaran tempat-tempat wisata yang sumpah membuat ngiler pengen menjejakkan kaki di sana. Satu hal yang dengan sukses disampaikan Kak Eka, bahwa Indonesia itu indah. Mari berpetualang mengelilinginya!

Sayang sekali, kenikmatan membaca novel ini terganggu dengan banyaknya salah ketik (typo). Untuk pembaca yang cerdas seperti saya, mungkin bisa langsung paham bahwa si typo ini maksudnya begini..eh..tapi ini cukup bikin gak enak baca lho. Apa karena tidak ada proofreader ya?

Tapi, secara keseluruhan membaca Labirin Rasa seperti masuk pada labirin hati seorang gadis muda yang penuh dengan berbagai rasa yang ada pada hatinya. Hmm…untung saja labirin ini berujung pada kebahagiaan. Jadi, pembaca tidak kecewa haha.

Mehrunnisa The Twentieth Wife

Minggu, 16 Juni 2013

Mehrunnisa The Twentieth Wife dimulai dengan cerita tentang kelahiran tokoh utama wanita yaitu Mehrunnisa. Mehrunnisa lahir di tengah gurun pasir ketika keluarganya melarikan diri dari Persia karena terjerat hutang. Kondisi keluarganya saat itu sangat mengenaskan. Pakaian mereka kotor, jangankan untuk membeli pakaian, uang untuk membeli makanan pun mereka tak punya. Yang tersisa hanya uang sebanyak 4 keping mohur (uang emas; mata uang saat itu) dan itu pun rencananya akan digunakan sebagai biaya ijin masuk mereka sekeluarga ke kerajaan Mughal. Ditengah semua keprihatinan itu, lahirlah Mehrunnisa, anak keempat dari pasangan Ghias Beg dan Asmat, yang arti dari namanya adalah Matahari Para Wanita.