Penulis : Eka Situmorang-Sir
Penerbit : Wahyumedia
Halaman : 394 halaman
ISBN : 9797957535
Harga : 52.000
Beri ruang untuk hati temukan cintanya
Kayla, sebuah nama yang berarti mahkota, nama yang cantik
untuk seorang gadis yang ‘jauh’ dari penggambaran kata cantik. Kayla, dengan
muka jerawatan, baju yang tak rapi, dan rambut bau prengus. Belum lagi hobinya
yang suka membawa tas kresek kemana-mana dan hobi berpetualangnya yang gila.
Dan semua itu bertambah sempurna dengan nilai-nilanya yang jelek dan cara
bertutur yang ceplas-ceplos. Aaah…kok gak ada bagus-bagusnya sih si Kayla ini. Memiliki
dua sahabat yang benar-benar mengerti dan bisa menerimanya adalah sebuah
anugerah untuk seorang Kayla.
Hingga suatu ketika dia bertemu Ruben di atas kereta menuju
Jogja dan beranggapan bahwa Ruben adalah si Pangeran Fajarnya, yang akan
melindungi dan mendampinginya. Dan petualangan dalam sebuah Labirin Rasa pun
dimulai.
Jatuh bangun Kayla dalam mengejar Ruben patut diacungi
jempol. Walau pun ia sadar sesadar-sadarnya bahwa dia si itik buruk rupa yang
menginginkan Pangeran Tampan, akan tetapi tetap dong ya dia gak kenal namanya
menyerah. Baru kenal saja, Kayla sudah berinisiatif untuk pindah kuliah ke
Jogja, demi si Ruben ini. Dan setelah
Ruben telah mengecewakannya pun, Kayla masih tetap cinta setengah hidup dengan
si Ruben. Bahkan dia mengejarnya hingga ke Medan.
Membaca dan menyelami sepak terjang Kayla, yang terbersit
dalam benak saya adalah whooa…the real Batak nih hehe. Karena kebetulan saya
punya beberapa teman dari Batak dan sifat mereka walau pun tidak seekstrim
Kayla, tapi sebelas dua belas lah sama Kayla. Pantang menyerah, ceplas-ceplos,
dan easy going. Kalau toh si Kayla ini ada yang menganggap absurd, hanya ada di
novel, well tapi di kehidupan nyata cinta dapat mengubah segalanya kan? Kegilaannya
pada Ruben menurut saya itulah bentuk cintanya. Toh, dalam kehidupan nyata
banyak orang yang melakukan hal-hal yang lebih gila dari Kayla.
Jika kemudian setelah memakan waktu cukup lama baru Kayla
menyadari bahwa si Pangeran Fajarnya bkanlah Ruben, belum terlambat untuk
emnggapai kebahagiaan hakiki dalam biduk sebuah rumah tangga dengan Patar, paribannya.
Dalam novel Labirin Rasa memang tidak ada konflik yang
terbangun dengan angkuh, novel ini hanya menceritakan Kayla yang tomboy dan
dengan segala kekurangannya berhasil memikat hati Ruben (walau sebentar), Dani,
Patar, dan si Bule David. Bayangkan,jelekaja dia bias memikat begitu banyak
pria, apalagi ketika dia menjelma menjadi angsa cantik.
Konflik hanya ada pada diri Kayla, pada perasaannya ke
Ruben. Walau pun demikian kita justru seakan-akan dihadapkan pada cerita kehidupan
yang sesungguhnya. Bukankah konflik terbesar dalam hidup memang hanya seputar
pada hati kita sendiri?
Yang menjadi nilai plus dari novel ini adalah penjabaran
tempat-tempat wisata yang sumpah membuat ngiler pengen menjejakkan kaki di
sana. Satu hal yang dengan sukses disampaikan Kak Eka, bahwa Indonesia itu
indah. Mari berpetualang mengelilinginya!
Sayang sekali, kenikmatan membaca novel ini terganggu dengan
banyaknya salah ketik (typo). Untuk pembaca yang cerdas seperti saya, mungkin bisa langsung
paham bahwa si typo ini maksudnya begini..eh..tapi ini cukup bikin gak enak
baca lho. Apa karena tidak ada proofreader ya?
Tapi, secara keseluruhan membaca Labirin Rasa seperti masuk
pada labirin hati seorang gadis muda yang penuh dengan berbagai rasa yang ada
pada hatinya. Hmm…untung saja labirin ini berujung pada kebahagiaan. Jadi,
pembaca tidak kecewa haha.
banyak banget sih blognya Mbak. AKu mirip Ruben kayaknya ya? wakaka....baca buku ini jadi penasaran pengen ke Berastagi. Udah pernah belom Mbak? Semoga menang ya Mbak....
BalasHapus