Judul Buku : Sekotak Cinta untuk Sakina
Penulis : Irma Irawati
Penerbit : Qibla - Buana Ilmu Populer
Cetakan : I/2013
Tebal : 126 halaman
ISBN 10 : 602-249-318-8
ISBN 13 : 978-602-249-318-1
Sekotak Cinta untuk Sakina:
"Kan aku sudah bilang, aku ingin hafal Al-Quran agar aku bisa memasangkan mahkota bertabur cahaya pada ayah dan ibuku di surga nanti," tutur Lana lugu. (SCUS, hlm.96-97)
Mendengar kata 'pesantren', membuat saya teringat cerita seorang teman yang ingin memasukkan putranya di sekolah berasrama tersebut. ALasannya agar si anak bisa menjadi hafidz atau penghapal Al-Quran. Orang tua si anak sangat bersemangat, bahkan berusaha membujuk dengan berbagai cara, tetapi sayang sekali si anak tidak mau dan menentang keras. Alasannya klise, tidak mau berpisah dengan orang tua dan teman-temannya. Ahhirnya orang tuanya mengalah, si anak bersekolah di sekolah berbasis agama.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Sakina. Sakina adalah sosok anak kota yang berkecukupan. Memiliki segudang kegiatan seperti les piano dan les bahasa Prancis. Dia pun bersekolah di sekolah berbasis agama yang bergengsi. Ketika dia mengetahui mamanya memasukkannya di sekolah pesantren putri yang jauh dari gemebyar hal-hal berbau kota, dan bisa ditebak Sakina menolaknya. Akan tetapi, si Mama dengan sabar memberikan pengertian, mengapa beliau mengirimnya ke pesantren. Selain karena pengasuh pesantren adalah temannya sewaktu di pesantren dulu, juga karena alasan pekerjaan papanya yang berpindah-pindah. Mendengar alasan Mamanya yang masuk akal, membuat Sakina tidak dapat beradu argumen lagi. Dengan pasrah dia mengikuti kemauan orang tuanya.
Akhirnya tiba juga saat dimana Sakina harus diantar ke pesantren. Sepanjang perjalanan Sakina murung . Ketika sampai di pesantren, air matanya tak terbendung lagi. Hingga Papanya berjanji jika dia tidak betah, mereka akan menjemputnya. Oh oh..ternyata itu perkataan yang tidak seharusnya dikatakan oleh si Papa. Karena sejak saat itu, Sakina menjalani kehidupannya di pesantren dengan ogah-ogahan. Sering terlambat untuk solat berjamaah, sering melalaikan tugas dan sering melanggar peraturan dengan diam-diam. Sakina merasa tidak bersalah, karena toh dia cuma sebentar di pesantren.
Hingga pada suatu waktu, ia dihukum karena lemari pakaiannya yang berantakan. Beuh, malu bener Sakina menjalani hukuman selama seminggu itu. Dari situ dia bertekad untu menjalani kehidupan pesantrennya dengan baik. Gak lagi-lagi deh dihukum.
Pengalaman-pengalaman di pesantren satu-persatu membuatnya gamang untuk kembali ke kota. Teman-teman yang baik, kegiatan yang dilakukan bersama-sama, hafalan Al-Qur'annya semakin banyak, tidak ketinggalan ayam jantan yang disayanginya. Apalagi ketika dia mendapat hadiah sekotak hadiah yang berisi cinta dari teman-temannya. Kemudian pertemuannya dengan Lana, gadis kecil yatim piatu yang cerdas.
-----000-----
Semula saya hanya berpikir, apa keuntungannya memasukkan anak ke pesantern? Bukankah anak-anak tetap bisa menimba ilmu dengan baik di sekolah umum. Membaca Sekotak CInta Untuk Sakina ini membuat saya menjadi mengerti, alasan apa yang membuat orang tua ingin memasukkan putra-putri mereka ke pesantren. Mereka ingin agar putra-putri mereka bisa fokus dalam belajar dan menghafal Al-Quran. Memang ya tidak bisa dipungkiri, efek modernitas memang membuat anak-anak sulit untuk belajar. Tayangan televisi yang menarik, gadget-gadget yang canggih menawarkan permainan yang menarik hati, belum lagi fasilitas lainnya.
Membaca novel anak ini membuat saya yang awalnya menganggap sekolah di pesantren itu udik, gak gaul, dan kasihan pada anak-anak yang menjalaninya berubah 180 derajat. Sekolah di pesantren itu fun/menyenangkan, bisa memiliki banyak teman dan pengalaman-pengalaman yang menarik. Masih ditambah dengan hapalan Al-Qur'an yang jos.
Cara penuturan yang runtut dan menarik dari novel anak ini sangat mudah dimengerti bagi anak-anak tentang esensi moral yang terkandung di dalamnya. Mulai dari hidup bersih dan rapi, bertanggung jawab terhadap hewan peliharaan, berteman dengan cara yang baik dengan yang lain hingga pentingnya belajar tentang agama.
Para tokoh di dalamnya juga teridentifikasi dengan baik, bagaimana perubahan sikap Sakina yang tidak dibuat-buat, penokohan teman-temannya yang sederhana tapi mengena. Dan akhir cerita yang sangat manis, karena Sakina mau berbagi Mama dengan Lana yang lucu.
Saya merekomendasikan novel Sekotak Cinta untuk Sakina ini sebagai bacaan untuk anak yang mendidik. Tidak hanya mendidik dalam bidang agama tapi juga bisa mendidik akhlak bagi pembacanya. Dan karena novel ini juga, saya jadi mencari apa sih keutamaan seorang penghapal Al-Quran itu. Setelah tahu apa saja keutamaannya, saya hanya bisa menahan nafas dan merasa malu. Malu karena yang saya hafal terbatas surat-surat untuk sholat saja. Malu karena setua ini saya bahkan belum berusaha menghafal lebih banyak lagi. Dan saya bertekad, one day one ayat untuk langkah selanjutnya yang harus saya lakukan.
Dua dari banyaknya keutamaan penghapal Al-Quran adalah dipakaikan mahkota dari cahaya di hari kiamat yang cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan jubah kemuliaan yang tak dapat ditukarkan dengan dunia dan seisinya. Jadi karena inilah Lana ingin menghafal Al-Quran. Saya yang belum memiliki putra saja jadi terharu membayangkannya.
Akhir kata untuk Mbak Irma, semoga novel ini menjadi ladang pahala yang tak pernah putus untuk Mbak dan keluarga. Dan kalau boleh saya memberi saran, novel ini bisa lho dibuat berseri seperti Malory Towers karangan Enid Blyton. Tentu saja dibalut suasana pesantren yang hangat dan menyenangkan. SUkses ya Mbak dan semoga berkenan dengan resensi saya ini.
Post Comment
Posting Komentar