Judul Buku : Perjalanan Hati
Penulis : Riawani Elyta
Penerbit : Rak Buku
Terbit : Cetakan I, Mei 2013
Tebal Buku : iv + 194 halaman
ISBN : 602-175-596-0
Masa lalu, setiap orang pasti memilikinya, entah itu
masa lalu yang ingin terus dikenang atau pun yang ingin dilupakan. Demi
menapaki masa lalu itu pula, Maira meminta ijin kepada Yudha, suaminya, untuk
dapat mengangkat ransel lagi menaiki Anak Gunung Krakatau.
Yudha merasa aneh dengan keinginan Maira tersebut,
karena Maira sudah berjanji bahwa perjalanannya 9 bulan sebelum pernikahan
mereka adalah untuk yang terakhir kalinya. Dan kecemasan semakin menjadi ketika
dia teringat bahwa manta kekasihnya, Donna, menemui Maira ketika Yudha sedang
tidak ada di rumah. Pertanyaan tentang apa yang telah disampaikan Donna kepada
Maira merupakan mimpi buruk yang terus menghantui Yudha sejak saat itu. Sekali
lagi jawabannya adalah masa lalu.
Masa lalu yang disembunyikan Yudha dari Maira
bagaikan bom waktu yang siap meledak kapan pun. Di saat Yudha mulai was-was
akan masa lalunya, Maira justru mengalami kegamangan hingga memutuskan untuk
menjajaki hatinya kembali pada laki-laki dari masa lalunya, Andri.
Di novel Perjalanan Hati ini si penulis dengan apik
menata lika-liku perjalanan hati para tokoh utamanya. Dialog yang terjadi antar
tokoh bahkan dialog pada diri tokoh itu sendiri membuat kita semakin mengenal
karakter yang ingin ditampilkan dalam cerita.
Maira yang dalam kekalutannya setelah mengetahui
rahasia masa lalu Yudha bisa bersikap seolah-olah semua baik-baik saja. Yudha
yang tampak tenang walau telah mengetahui maksud dari keinginan istrinya ketika
meminta ijin untuk pergi. Donna, wanita yang digambarkan sebagai sosok yang
kuat tetapi malah terjerumus emosi sesaat hingga menyebabkan keretakan rumah
tangga Yudha-Maira. Dan Andri, lelaki petualang yang menantang untuk
ditaklukan.
Penulis sangat piawai dalam membangun karakter para
tokoh terutama Andri. Andri ini merupakan tokoh yang sangat menarik menurut
sudut pandang saya. Petualang sejati yang tidak bisa terikat ruang dan waktu,
tentu saja pembaca bertanya-tanya hubungan seperti apa yang akan terjalin
kembali antara Andri dan Maira setelah pertemuan mereka itu. Apakah Maira
sanggup menolak pesona lelaki ini?
Novel Perjalanan Hati mengetengahkan persoalan
keluarga yang bisa terjadi dalam pernikahan mana pun. Kekecewaan tak terbendung
terhadap pasangan yang membuat mereka ingin kembali ke masa lalu dapat
menghantarkan pada konflik yang berkepanjangan.
Selain cover dengan warna lembut yang memikat, novel
ini juga sarat dengan deskripsi latar yang yang menarik. Contohnya deskripsi
tentang Gunung Anak Krakatau, ketika membacanya seakan-akan kita pun bisa
merasakan debu-debu yang begitu banyak di sekitar kita. Pemilihan kata/diksi
juga terkesan puitis.
Walau pun novel ini memiliki banyak kelebihan, ada
beberapa hal yang membuat saya merasa agak janggal. Novel ini berbahasa
Indonesia, akan tetapi mengambil bahasa asing ‘chapter’ yang berarti ‘bab’ pada
setiap penggalan adegan. Juga pemilihan istilah atau bahasa asing yang belum
familiar bisa ditambahkan berupa catatan kaki atau arti setelah kata tersebut. Semisal
pada kalimat “...jaket ber-capuchon...”
(hlm. 43). Dan setahu saya, dialog si tokoh pada diri sendiri (biasanya dalam
hati) seharusnya ditulis dalam kalimat yang dimiringkan, tetapi pada novel ini
banyak sekali dialog yang tersebut yang masih memakai huruf tegak, sehingga
kadang membingungkan. Beberapa kejanggalan yang saya rasakan bukan semata
kesalahan penulis, tapi lebih pada editorialnya (maaf lo ya).
Akhir cerita
adalah antiklimaks yang begitu cepat setelah klimaks yang mendebarkan. Seakan-akan
masalah sudah harus selesai sekarang dan semua baik-baik saja. Juga agak mengganjal. Dan interaksi yang sangat sedikit antara Maira dan Ibra dalam perjalanan tersebut padahal keduanya bersaudara.
Yang perlu digarisbawahi dari konflik rumah tangga antara Yudha dan Maira adalah memendam masalah sendiri dalam sebuah rumah tangga adalah keputusan ang salah. Mungkin ingin tampak kuat dan tegar tapi hal itu justru dapat membuat hubungan tidak lagi harmonis. Komunikasi adalah hal utama yang harus tetap dijaga .
pengen banget bisa baca buku ini mbak. gutlak ya mbak ;)
BalasHapusiya, kalo masalah rumah tangga dipendam sendiri apa jadinya ya?
BalasHapushm... jadi penasaran dg klimaks & antiklimaksnya.. hehe...
BalasHapussiip resensinya mbak Esti... semoga sukses dg lombanya yaa.... :)
Produktif juga ya Mbak Riawani Elyta ini. Satu pun karyanya belom ada yang saya baca :( terima kasih bocorannya Mbak. Masalah rumah tangga emang selalu menarik.
BalasHapusintinya, masalah komunikasi ya, Mbak..
BalasHapusaku jg ikutan lomba resensi yg ini.. jadi, moga sukses bwt kita berdua ya.. :)
Mbak Riana udh byk jg ya Mbak bukunya, spt mas Belalang, aku jg blm punya sebiji pun, hiks jd pgn baca jg nih... Apik Mbak resensi nya :)
BalasHapusResensi memikat Jeng Esti, menyiapkan setiap pembaca pada perjalanan hati masing-masing. Sukses ya Jeng
BalasHapusSuka sekali melihat sampulnya Mbak Esti. Bikin hati hangat memandangnya. Memang lah ya, setiap masalah dalam rumah tangga selayaknya dibicarakan secara terbuka ya. Kalau dipendam sendiri akhirnya makan dalam deh :)
BalasHapusaku sudah baca :) sudah resensi tapi lupa ikutan lomba ini, hehe
BalasHapusBelum sempet baca novel yg ini Mbak aku Mbak... tapi jadi penasaran gara2 baca resensi ini.
BalasHapusblognya keren mbak
BalasHapusselamat mba jadi pemenang :)
BalasHapusSelamat mbak, jadi salah satu pemenangnya
BalasHapuswiiiii...mb Lyta bukunya bermunculan terus nih, jadi penasaran juga setelah baca resensinya mba Esti ini, apalagi ada bumbu setting tempatnya yg sepertinya sayang utk dilewatkan ;)
BalasHapusmantap
BalasHapusPertama kali datang kemari. Keren blognya. :)
BalasHapusmakasih mbak.. blognya keren,, jadi tau banyak tentang kepenulisan dari sudut pandang pembaca.. suka!
BalasHapusblog nya keren . . salam sukses
BalasHapuspengen beli buku nya. . salam Sukses
BalasHapusterimakasih atas infonya . .
BalasHapus